MAKALAH
PERKEMBANGAN
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA, MASYARAKAT DAN
TEMPAT KERJA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Saat ini,
keberadaan etika sangat diperlukan. Bahkan dinyatakan oleh K. Bartens dalam
bukunya yang berjudul ’Etika’, saat ini etika sedang naik daun. Masyarakat yang
semakin plural, meliputi berbagai suku, bangsa, bahasa, ideologi dan
sebagainya. Mereka masing-masing membawa norma-norma moral yang berlainan satu
sama lain. Kesatuan tatanan moral hampir tak ada lagi.
Kondisi ini
diperparah dengan gelombang globalisasi dan modernisasi yang tiada henti.
Gelombang modernisasi telah merasuk ke segala penjuru dan pelosok tanah air.
Berbagai perubahan dalam masyarakat pun terjadi. Baik dalam penggunaan
teknologiyang semakin canggih, maupun cara berfikir masyarakat pun berubah
secara radikal. Rasionalisme, individualisme, sekularisme, kepercayaan akan
kemajuan, konsumereisme, pluralisme religius serta sistem pendidikan secara
hakiki mengubah budaya dan rohani di Indonesia.
Perubahan demi
perubahan tersebut pun banyak dimanfaatkan oleh orang lain yang ingin memancing
diair keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat
penyelamat.
Melihat
kondisi tersebut, etika akan membantu kita agar tak kehilangan orientasi dan
mengambil sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan. Etika juga membantu kita
menghadapi ideologi-ideologi, yang mengaku sebagai penyelamat itu, secara
kritis dan objektif.
Jika kita
perhatikan di sekitar kita, terlihat banyak terjadi tingkah laku yang kurang
baik antar sesama manusia. Dewasa ini perkembangan etika, moral dan akhlaq
mendapat keprihatinan, atas masalah-masalah tersebut seringkali membangkitkan
rasa hormat daripada mencemooh, karena disadari moral yang baik diperlukan
dalam lingkungan.
Ada
kalanya perhatian orang dipusatkan pada masalah yang sebenarnya merupakan
masalah moral, tetapi tidak disadari sebagai masalah moral. Sekarang ini cukup
banyak orang yang memperhatikan masalah-masalah moral dan mereka mencoba
membangun masyarakat yang lebih bermoral.
B.
TUJUAN
1.
Mengetahui
dan menyadari bagaimana seharusnya berperilaku yang baik.
2.
Menjalankan
hal-hal yang baik dalam hidup sehari-hari dan mengelakkan hal yang buruk.
3.
Diharapkan
hasil makalah ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu
etika, moral dan akhlaq serta dapat diterapkan dalam bermasyarakat.
C.
PERUMUSAN MASALAH
1.
Apakah
pengertian Etika, Moral dan Akhlak ?
2.
Bagaimanakah
hubungan serta perbedaan Etika dan Moral dalam lingkungan masyarakat ?
3.
Apakah
manfaat Etika, Moral dan Akhlak ?
4.
Apakah
peranan Etika, Moral dan Akhlak di lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat
kerja ?
5.
Apakah
fungsi penerapan Etika, Moral dan Akhlak dalam lingkungan rumah tangga,
masyarakat dan tempat kerja ?
D.
MANFAAT
1.
Menetapkan
kriteria perbuatan yang baik dan buruk.
2.
Membersihkan
diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
3.
Mengarahkan
dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.
4.
Memberikan
pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau
buruk.
BAB II
KAJIAN TEORI
A.
LANDASAN TEORI
v
ETIKA
Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal
dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus
Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika.
Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni
ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan adalah
kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan
seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika
menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik
dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang
dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku
manusia.
Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama.
Persamaan memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah
laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang
sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku
yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan
tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena
pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai
ukuran (kriteria) yang berlainan.
Apabila kita menelusuri lebih mendalam, maka kita dapat
menemukan secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan
diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana
kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan
perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai
basis atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran.
Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan
dengan empat hal sebagai berikut :
Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika
berupaya membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia.
Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada
akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat
mutla, absolut dan tidak pula universal.
Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi
sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi
sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan
zaman.
Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan
yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika
adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia
v
MORAL
Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak
dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral
diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum
diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.
Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun,
ada pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral
lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang
tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara
lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.
Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral
memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan
nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau
rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah
norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.
Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya
perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah
menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya
selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul
salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.
v
AKHLAK
Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu
pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan).
Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan:
budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung
segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta
erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan
adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan
makhluk.
Secara terminologi kata "budi pekerti" yang
terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang
berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character.
Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang
disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio
dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.
Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang
ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi
akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa
seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi.
Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat
yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia
bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya
sehari-hari.
Defenisi akhlak secara substansi tampak saling
melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam
perbuatan akhlak, yaitu :
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah
tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan
dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu
perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur
dan gila.
Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau
tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar
kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu
yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan
akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena
keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena
ingin mendapatkan suatu pujian.
Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak
dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat
teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.
B.
PEMBAHASAN MASALAH
1.
Pengertian
Etika, Moral dan Akhlak :
ETIKA
Etika
merupakan istilah bahasa yunani kuno yaitu “ETHOS” yang artinya tempat tinggal,
padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir.
Pengertian
etika menurut :
a.
Aristoteles
: etika adalah tentang apa yang dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
b.
Kamus
Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta : etika adalah ilmu pengetahuan tentang
azas-azas moral.
c.
Depd.
Kebudayaan
-
Ilmu
tentang apa yang baik, buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
-
Kumpulan
azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
-
Nilai
yang benar atau salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan
pengertian etika secara umum adalah nilai-nilai, norma-norma, moral yang
menjadi pegangan bagi masyarakat dalam tingkah lakunya.
MORAL
Moral
merupakan pengetahuan yang menyankut budi pekerti manusia yang beradab. Moral
berarti ajakan yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan. Moralisasi berarti
tentang pandangan atau ajaran perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi
berarti kerusakan moral.
Menurut
asal katanya moral dari kata “MORES” dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan
menjadi “aturan kesusilaan” yang meliputi semua norma untuk kelakuan, perbuatan
yang baik.
Moral
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.
Moral
murni : moral yang terdapat dalam setiap manusia sebagai suatu manifestasi dari
pancaran ILAHI. Moral murni disebut juga hati nurani.
2.
Moral
terapan : moral yang di dapat dari ajaran berbagai filsafat, agama, adat yang
menguasai permintaan manusia.
AKHLAK
Akhlak
berasal dari bahasa arab yakni “KHULUQUN” yang diartikan : budi pekerti,
perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi
persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat
hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti
diciptakan.
Menurut
Istilah, akhlak adalah :
a.
Ibnu
Miskawaih : sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b.
Imam
Ghazali : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan
yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c.
Al
Karin Zaidan : nilai-nilai atau sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa dengan
menilai perbuatan baik - buruk - menilik - melakukan atau meninggalkan.
2.
Hubungan
serta perbedaan Etika dan Moral dalam lingkungan masyarakat :
Moral merupakan kepahaman atau pengertian mengenai hal
yang baik dan tidak baik dalam diri seseorang yang terapkan dalam lingkungan
masyarakat, sedangkan etika adalah tingkah laku manusia, baik mental maupun
fisik mengenai hal-hal yang sesuai dengan moral itu, sedangkan etiket adalah
tingkah laku manusia pada lahiriah saja.
Perbedaan keduanya terletak pada tolok ukur penilaian
perbuatan. Etika menggunakan akal, sedangkan moral menggunakan norma yang hidup
dalam masyarakat namun obyeknya sama yaitu terletak pada perbuatan manusia
tersebut.
3.
Manfaat
Etika, Moral dan Akhlak :
a.
Dapat menemukan dasar kemantapan mereka
dalam iman kepercayaan mereka, di lain pihak sekaligus mau berpatisipasi tanpa
takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan
masyarakat.
b.
Dapat membedakan apa yang hakiki dan apa
saja yang boleh berubah dan dengan demikian kita tetap sanggup untuk mengambil
sikap-sikap yang dapat kita pertanggung jawabkan.
c.
Dapat membantu agar kita jangan naïf
atau ekstrem. Kita juga jangan cepat-cepat memeluk segala pandangan yang baru,
tetapi juga jangan menolak nilai-nilai karena hanya baru dan belum biasa.
d.
Untuk mencapai suatu pendirian dalam
pergolakan pandangan-pandangan moral.
4.
Peranan
Etika, Moral dan Akhlak di lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja
:
a.
Dengan
etika, moral dan akhlak seseorang atau kelompok masyarakat dapat mengemukakan
penilaian tentang perilaku manusia.
b.
Menjadi
alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam
melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa.
c.
Dapat
memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi dalam
lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja.
d.
Dapat
menjadi prinsip yang mendasar dalam menjalankan aktivitas dilingkungannya.
e.
Menjadi
penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika, moral dan akhlak
kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.
5.
Fungsi
penerapan Etika, Moral dan Akhlak dalam lingkungan rumah tangga, masyarakat dan
tempat kerja :
a.
Menjadi
pedoman bagi tingkah laku anak di luar rumah.
b.
Mewujudkan
lingkungan yang aman, nyaman dan sejahtera.
c.
Memajukan
karier dan masa depan yang cerah. Selain itu penerapan etika,
moral dan akhlak juga akan mempengaruhi kinerja kita pada
pekerjaan.
Jadi penerapan etika, moral dan akhlak tidak bisa terlepas dari
kehidupan masyarakat, rumah tangga, maupun lingkungan kerja. Karena itu dapat
mempengaruhi kehidupan kita dan juga sebagai pedoman agar kita dapat
berperilaku yang baik.
C.
FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN ETIKA MORAL DAN AKHLAK DI
LINKUNGAN RUMAH TANGGA, MASYARAKAT, DAN TEMPAT KERJA
Manusia tidak pernah hidup sendiri sejak lahir, ia
tergantung dari orang lain. Ia mengadakan interaksi dengan orang lain. Dalam
interaksi tersebut terjadi saling pengaruh dan mempengaruhi. Semakin lama ia
hidup semakin banyak berinteraksi dan makin banyak pula ruang lingkup
interaksinya. Baik dengan lingkungan keluarga, masyarakat ataupun kelompok
golongannya.
Berikut
adalah faktor-faktor perkembangan etika, moral dan akhlak di lingkungan rumah
tangga, masyarakat dan tempat kerja :
1.
Faktor
kepribadian (dari orang itu sendiri)
Diri sendiri termasuk orang yang dibebani tanggungjawab.
Hal ini sangat erat kaitannya dengan keluarga atau semua anggota keluarga yang
mendidik pertama kali. Faktor dari dalam diri sendiri sangat berpengaruh dalam
perkembangan etika, moral dan akhlaq. Perlu kesadaran hati dalam menghayati hal
baik dan buruk tingkah laku manusia oleh karena itu keprobadian yang baik
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat supaya dapat mengerti dan menentukan
mana hal yang baik dan buruk.
2.
Faktor
keluarga
Dalam pembinaan akhlak anak, faktor orang tua sangat
menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan unsur –
unsur pribadi yang didapatnya melalui pengalaman sejak kecil. Pendidikan
keluarga sebagai orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak –
anaknya karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak untuk membimbing,
mengarahkan anak – anaknya.
Kebahagiaan orang tua atas hadirnya seorang anak yang
dikaruniakan kepadanya, akan semakin terasa karena tumbuhnya harapan bahwa
garis keturunannya akan berlangsung terus. Satu hal yang perlu mendapatkan
perhatian serius dari para orang tua muslim ialah tentang kesalehan anak – anak
mereka.
Ada beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua
yakni aspek pendidikan akhlak karimah. Pendidikan akhlak sangat penting dalam
keluarga, karena dengan jalan membiasakan dan melatih pada hal – hal yang baik,
menghormati kepada orang tua, bertingkah laku sopan yang baik dalam berperilaku
keseharian maupun dalam bertutur kata.
Pendidikan akhlak tidak hanya secara teoritik namun
disertai contohnya untuk dihayati maknanya, seperti kesusahan ibu yang
mengandungnya, kemudian dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut,
kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya.
Menerima pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung,
disamping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia terkecil dan
alamiah, artinya secara alamiah dialami setiap kehidupan manusia, karenanya keluarga
merupakan jembatan meniti bagi generasi, oleh karena itu orang tua berperan
penting sebagai pendidik, yakni memikul pertanggungjawabn terhadap pendidikan anak.
Karena pendidikan itulah yang akan membentuk manusia di masa depan.
Tepat sekali apa yang dikatakan oleh kingsley Price : Man
is the only creature that must be educated by education. We mean care, discipline
(training) and instruction, including culture. Man can become man through
education only. He is only what education makes him.
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar
perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari kedua
orang tua, bahkan pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan
pembentukan keluarga. Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam keluarga
secara tidak langsung nantinya akan berkembang di lingkungan masyarakat. Oleh
karena itu maka kebiasaan – kebiasaan dalam keluarga harus dalam pengawasan,
karena akan sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk dari keluarga
terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh anak – anaknya, menjadi
kebiasaan anak yang buruk
Dengan demikian
juga kebiasaan yang baik akan menjadi kebiasaan anak yang baik. Peran orang tua
dan anggota keluarga sangat penting bagi pendidikan akhlak dan selektivitas
bergaul.
3.
Faktor
Lingkungan (Masyarakat)
Lembaga non formal akan membawa seseorang berperilaku
yang lebih baik karena di dalamnya akan memberikan pengarahan – pengarahan
terhadap norma – norma yang baik dan buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang
barang tentu akan memberikan pengarahan yang baik, tak ada seorang mubaligh
yang mengajak hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak baik. Dengan demikian pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada
agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang. Maka
tepat sekali dikatakan bahwa nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak
bertentangan dengan nilai – nilai Islam apalagi yang membawa maslahat dapat
dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan kebijaksanaan. Kehidupan manusia
tidak lepas dari nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusi nilai
yang terbaik adalah melalui upaya interaksi edukatif, pandangan Freeman Butt dalam
bukunya Cultural History of Western Education, menyatakan bahwa hakekat
interaksi edukatif adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses
pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian
terhadap nilai. Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan
orang – orang baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu
meniru, tabiat seseorang tanpa dasar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari
tabiat orang lain.13 Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya
yang berdasarkan nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu tercipta
masyarakat yang berakhlakul karimah. Lingkungan masyarakat yakni lingkungan
yang selalu mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain.
Oleh karena itu lingkungan masyarakat juga dapat
membentuk akhlak seseorang, di dalamnya orang akan menatap beberapa
permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan baik dalam hal – hal
yang positif maupun negative dalam membentuk akhlak pada diri seseorang.
Oleh karena itu lingkungan yang berdampak negative
tersebut harus diatur, supaya interaksi edukatif dapat berlangsung dengan
sebaik – baiknya. Bentuk – bentuk organisasi lain di dalam masyarakat merupakan
persekutuan hidup yang memanifestasikan ajaran agama Islam dalam kehidupan
sehari – hari.
Dari penjelasan di atas di jelaskan bahwa manusia hidup
membutuhkan orang lain. Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup
sendiri. Jika dikaitkan lingkungan sekolah, hal ini sama bahwa mereka dalam
hidup saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Misalkan ketika ia melihat temannya yang rajin melakukan
kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah maka secara tidak langsung dia akan
terpengaruh juga dengan kegiatan temannya. Jadi lingkungan sangat memberikan pengaruh
yang besar bagi pertumbuhan pola pikir dan akhlak.
Ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap
keberagamaan seseorang :
1)
Lingkungan
yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini ada kalanya
berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan ada kalanya pula agar sedikit tahu
tentang hal itu.
2)
Lingkungan
yang berpegang pada tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin ; biasanya
lingkungan demikian menghasilkan seseorang beragama yang secara tradisional
tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3)
Lingkungan
yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan yang
beragama. Lingkungan ini memberikan motivasi atau dorongan yang kuat kepada
seseorang untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada, apabila
lingkungan ini ditunjang oleh anggota – anggota masyarakat yang baik dan
kesepakatan memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik untuk
mewujudkan akhlak pada diri orang yang ada disekitarnya.
Masyarakat di sini juga ikut mempengaruhi akhlak atau
perilaku seseorang yang ada disekitarnya yang dalam kehidupan sehari – harinya
ia tak mungkin lepas dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal.
Lingkungan pergaulan merupakan alat pendidikan, meskipun
keadaan maupun peristiwa apapun yang terjadi tidak bisa dirancang, sehingga
keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang
baik berdampak baik maupun akan berdampak jelek. Lingkungan pergaulan yang baik
akan mendukung pula perkembangan pribadi seseorang yang disekitarnya. Namun
pergaulan yang jelekpun sangat mendukung kepribadian yang buruk, bahkan bisa
merusak akidah – akidah yang telah tertanam pada diri sejak kecil, jika ia
tidak pandai mengawasi dan menyaring (memfilter) dari segala pergaulan yang
terjadi di masyarakat. Dalam kegiatan masyarakat cenderung bersifat pengajaran
orang dewasa, di lingkungan agama Islam bentuk jalur ini yang kegiatannya
diprogramkan dalam instansi – instansi sekolah. Dasar – dasar pengembangan
intelektual.
Jadi disini kita atau orang dewasa harus berhati – hati
terhadap berbagai macam faktor yang bisa mempengaruhi akhlak yang tidak baik.
Apabila nilai – nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian
seseorang, maka tingkah laku oang tersebut akan banyak diarahkan dan
dikendalikan oleh nilai – nilai agama.
Oleh karena itu sebagai orang dewasa hendaknya melakukan
pengawasan yang ketat dalam hal berkaitan dengan perilaku dalam lingkungan
masyarakat, karena sekarang banyak remaja sudah sangat sulit untuk membiarkan
dalam hal bergaul bebas tanpa disertai dengan pengawasan orang tua akan
mengakibatkan celaka di kemudian hari yang tak bisa ditebus dengan apapun.
4.
Faktor
visual dan audio visual
Tidak hanya pengaruh lingkungan tapi masih banyak lagi
misalnya TV, majalah dan tayangan – tayangan lain yang bisa memberikan banyak
pengaruh pada kepribadian anak dan tingkah laku anak. Misalkan kita melihat
tayangan – tayangan barat atau film – film porno maka kalau anak – anak didik
kita tidak dibekali dengan ilmu agama maka ia akan terjerumus ke dalamnya.
Belum lagi sekarang marak dengan majalah – majalah yang
menyajikan tentang beragama busana yang jorok yang sangat tidak pantas dipakai
oleh budaya kita, tetapi anak seusia MTs itu adalah masa dimana keinginan untuk
mencoba sangat tinggi. Oleh karena itu kita harus berhati – hati memberikan
pengarahan kepada anak – anak kita agar mereka selalu memegang ajaran agama.
Disinilah pentingnya peranan penanaman akhlak yang telah
ditanamkan oleh kedua orang tuanya, yang berguna sebagai filter perkembangan
yang telah terjadi pada zaman yang penuh globalisasi ini. Disinilah peranan
pengamalan ibadah yang dilaksanakan oleh orang dewasa sebagai contoh terhadap
orang – orang yang ada di sekitar mereka, agar di lingkungan tersebut dalam
pergaulannya mencerminkan akhlakul karimah.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Etika,
moral dan akhlak di lingkungan keluarga, masyarakat dan tempat kerja sangat
penting bagi kehidupan antar sesama manusia karena dengan etika moral, manusia
dapat menentukan mana yang disebut baik dan mana yang buruk serta agar menjadi
pedoman bagi manusia.
B.
REKOMENDASI / SARAN-SARAN
1. Kita
jangan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak benar.
2. Kita
harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3. Moral
yang baik hendaknya dapat di terapkan dalam kehidupan di lingkungan keluarga,
masyarakat dan tempat kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Held,
Virginia. 1991. Etika Moral. Jakarta
: Erlangga.
Lubis,
Suhrawardi K. , S.H. 1994. Etika Profesi
Hukum. Jakarta : Sinar Gafika.
Fathullah.
2007. Komunikasi Etika & Hubungan
Antar Manusia. Semarang : CV, Duta Nusindo.
Sobur,
Alex. 2001. Etika Pers Profesionalisme
dengan Nurani. Bandung : Humaniora Utama Pers.
May,
Larry; dkk. 2001. Etika Terapan 1.
Yogyakarta : PT Tiara Wacana.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/etika-moral-dan-akhlak
No comments:
Post a Comment