Tuesday, 20 May 2014

Perkembangan ETIKA, MORAL dan AKHLAK

MAKALAH
PERKEMBANGAN
ETIKA, MORAL DAN AKHLAK
DI LINGKUNGAN RUMAH TANGGA, MASYARAKAT DAN
TEMPAT KERJA



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Saat ini, keberadaan etika sangat diperlukan. Bahkan dinyatakan oleh K. Bartens dalam bukunya yang berjudul ’Etika’, saat ini etika sedang naik daun. Masyarakat yang semakin plural, meliputi berbagai suku, bangsa, bahasa, ideologi dan sebagainya. Mereka masing-masing membawa norma-norma moral yang berlainan satu sama lain. Kesatuan tatanan moral hampir tak ada lagi.
Kondisi ini diperparah dengan gelombang globalisasi dan modernisasi yang tiada henti. Gelombang modernisasi telah merasuk ke segala penjuru dan pelosok tanah air. Berbagai perubahan dalam masyarakat pun terjadi. Baik dalam penggunaan teknologiyang semakin canggih, maupun cara berfikir masyarakat pun berubah secara radikal. Rasionalisme, individualisme, sekularisme, kepercayaan akan kemajuan, konsumereisme, pluralisme religius serta sistem pendidikan secara hakiki mengubah budaya dan rohani di Indonesia.
Perubahan demi perubahan tersebut pun banyak dimanfaatkan oleh orang lain yang ingin memancing diair keruh. Mereka menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai obat penyelamat.
Melihat kondisi tersebut, etika akan membantu kita agar tak kehilangan orientasi dan mengambil sikap yang dapat kita pertanggungjawabkan. Etika juga membantu kita menghadapi ideologi-ideologi, yang mengaku sebagai penyelamat itu, secara kritis dan objektif.
Jika kita perhatikan di sekitar kita, terlihat banyak terjadi tingkah laku yang kurang baik antar sesama manusia. Dewasa ini perkembangan etika, moral dan akhlaq mendapat keprihatinan, atas masalah-masalah tersebut seringkali membangkitkan rasa hormat daripada mencemooh, karena disadari moral yang baik diperlukan dalam lingkungan.
            Ada kalanya perhatian orang dipusatkan pada masalah yang sebenarnya merupakan masalah moral, tetapi tidak disadari sebagai masalah moral. Sekarang ini cukup banyak orang yang memperhatikan masalah-masalah moral dan mereka mencoba membangun masyarakat yang lebih bermoral.

B.     TUJUAN

1.      Mengetahui dan menyadari bagaimana seharusnya berperilaku yang baik.
2.      Menjalankan hal-hal yang baik dalam hidup sehari-hari dan mengelakkan hal yang buruk.
3.      Diharapkan hasil makalah ini dapat berguna bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu etika, moral dan akhlaq serta dapat diterapkan dalam bermasyarakat.

C.     PERUMUSAN MASALAH

1.      Apakah pengertian Etika, Moral dan Akhlak ?
2.      Bagaimanakah hubungan serta perbedaan Etika dan Moral dalam lingkungan masyarakat ?
3.      Apakah manfaat Etika, Moral dan Akhlak ?
4.      Apakah peranan Etika, Moral dan Akhlak di lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja ?
5.      Apakah fungsi penerapan Etika, Moral dan Akhlak dalam lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja ?

D.    MANFAAT
1.      Menetapkan kriteria perbuatan yang baik dan buruk.
2.      Membersihkan diri dari perbuatan dosa dan maksiat.
3.      Mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia.
4.      Memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau buruk.



BAB II
KAJIAN TEORI

A.    LANDASAN TEORI

v  ETIKA

Dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan ata adat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).

Selain akhlak kita juga lazim menggunakan istilah etika. Etika merupakan sinonim dari akhlak. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yakni ethos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan yang dimaksud kebiasaan adalah kegiatan yang selalu dilakukan berulang-ulang sehingga mudah untuk dilakukan seperti merokok yang menjadi kebiasaan bagi pecandu rokok. Sedangkan etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Etika membahasa tentang tingkah laku manusia.

Ada orang berpendapat bahwa etika dan akhlak adalah sama. Persamaan memang ada karena kedua-duanya membahas baik dan buruknya tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan ide yang sama bagi seluruh manusia disetiap waktu dan tempat tentang ukuran tingkah laku yang baik dan buruk sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran manusia. Akan tetapi dalam usaha mencapai tujuan itu, etika mengalami kesulitan, karena pandangan masing-masing golongan dunia ini tentang baik dan buruk mempunyai ukuran (kriteria) yang berlainan.


Apabila kita menelusuri lebih mendalam, maka kita dapat menemukan secara jelas persamaan dan perbedaan etika dan akhlak. Persamaan diantara keduanya adalah terletak pada objek yang akan dikaji, dimana kedua-duanya sama-sama membahas tentang baik buruknya tingkah laku dan perbuatan manusia. Sedangkan perbedaannya sumber norma, dimana akhlak mempunyai basis atau landasan kepada norma agama yang bersumber dari hadist dan al Quran.

Para ahli dapat segera mengetahui bahwa etika berhubungan dengan empat hal sebagai berikut :

Pertama, dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbutaan yang dilakukan oleh manusia.

Kedua, dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran dan filsafat. Sebagai hasil pemikiran maka etika tidak bersifat mutla, absolut dan tidak pula universal.

Ketiga, dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap suatu perbuatan tersebut akan dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, terhina dsb. Keempat, dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relatif yakni dapat berubah-rubah sesuai tuntutan zaman.

Dengan ciri-ciri yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk dikatakan baik atau buruk. Dengan kata lain etika adalah aturan atau pola tingkah laku yang dihasilkan oleh akal manusia


v  MORAL

Moral berasal dari bahasa latin yakni mores kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan dalam bahasa Indonesia moral diartikan dengan susila. Sedangkan moral adalah sesuai dengan ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan mana yang wajar.

Antara etika dan moral memang memiliki kesamaan. Namun, ada pula berbedaannya, yakni etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis. Menurut pandangan ahli filsafat, etika memandang tingkah laku perbuatan manusia secara universal (umum), sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, etika menjelaskan ukuran itu.

Namun demikian, dalam beberapa hal antara etika dan moral memiliki perbedaan. Pertama, kalau dalam pembicaraan etika, untuk menentukan nilai perbutan manusia baik atau buruk menggunakan tolak ukur akal pikiran atau rasio, sedangkan dalam pembicaran moral tolak ukur yang digunakan adalah norma-norma yang tumbuh dan berkembang dan berlangsung di masyarakat.

Istilah moral senantiasa mengaku kepada baik buruknya perbuatan manusia sebagai manusia. Inti pembicaraan tentang moral adalah menyangkut bidang kehidupan manusia dinilai dari baik buruknya perbutaannya selaku manusia. Norma moral dijadikan sebagai tolak ukur untuk menetapkan betul salahnya sikap dan tindakan manusia, baik buruknya sebagai manusia.

v  AKHLAK

Ada dua pendekatan untuk mendefenisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistik (kebahasaan) dan pendekatan terminologi (peristilahan). Akhlak berasal dari bahasa arab yakni khuluqun yang menurut loghat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan. Perumusan pengertian akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara khaliq dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk.

Secara terminologi kata "budi pekerti" yang terdiri dari kata budi dan pekerti. Budi adalah yang ada pada manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pemikiran, rasio atau character. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh hati, yang disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil rasio dan rasa yang termanifestasikan pada karsa dan tingkah laku manusia.

Sedangkan secara terminologi akhlak suatu keinginan yang ada di dalam jiwa yang akan dilakukan dengan perbuatan tanpa intervensi akal/pikiran. Menurut Al Ghazali akhlak adalah sifat yang melekat dalam jiwa seseorang yang menjadikan ia dengan mudah tanpa banyak pertimbangan lagi. Sedangkan sebagaian ulama yang lain mengatakan akhlak itu adalah suatu sifat yang tertanam didalam jiwa seseorang dan sifat itu akan timbul disetiap ia bertindak tanpa merasa sulit (timbul dengan mudah) karena sudah menjadi budaya sehari-hari.

Defenisi akhlak secara substansi tampak saling melengkapi, dan darinya kita dapat melihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu :

Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiannya.

Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ini berarti bahwa saat melakuakan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur dan gila.

Ketiga, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah perbutan yang dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Bahwa ilmu akhlak adalah ilmu yang membahas tentang perbuatan manusia yang dapat dinilai baik atau buruk.

Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesunggunya, bukan main-main atau karena bersandiwara

Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena keikhlasan semata-mata karena Allah, bukan karena dipuji orang atau karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Disini kita harus bisa membedakan antara ilmu akhlak dangan akhlak itu sendiri. Ilmu akhlak adalah ilmunya yang hanya bersifat teoritis, sedangkan akhlak lebih kepada yang bersifat praktis.


B.     PEMBAHASAN MASALAH

1.      Pengertian Etika, Moral dan Akhlak :

ETIKA
Etika merupakan istilah bahasa yunani kuno yaitu “ETHOS” yang artinya tempat tinggal, padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap dan cara berfikir.
Pengertian etika menurut :
a.       Aristoteles : etika adalah tentang apa yang dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
b.      Kamus Umum Bahasa Indonesia Poerwadarminta : etika adalah ilmu pengetahuan tentang azas-azas moral.
c.       Depd. Kebudayaan
-          Ilmu tentang apa yang baik, buruk dan tentang hak dan kewajiban moral.
-          Kumpulan azas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
-          Nilai yang benar atau salah yang di anut suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan pengertian etika secara umum adalah nilai-nilai, norma-norma, moral yang menjadi pegangan bagi masyarakat dalam tingkah lakunya.

MORAL
Moral merupakan pengetahuan yang menyankut budi pekerti manusia yang beradab. Moral berarti ajakan yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan. Moralisasi berarti tentang pandangan atau ajaran perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi berarti kerusakan moral.
Menurut asal katanya moral dari kata “MORES” dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan” yang meliputi semua norma untuk kelakuan, perbuatan yang baik.

Moral dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1.      Moral murni : moral yang terdapat dalam setiap manusia sebagai suatu manifestasi dari pancaran ILAHI. Moral murni disebut juga hati nurani.
2.      Moral terapan : moral yang di dapat dari ajaran berbagai filsafat, agama, adat yang menguasai permintaan manusia.

AKHLAK
Akhlak berasal dari bahasa arab yakni “KHULUQUN” yang diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalakun yang berarti kejadian, serta erat hubungan dengan khaliq yang berarti pencipta dan makhluk yang berarti diciptakan.
Menurut Istilah, akhlak adalah :
a.       Ibnu Miskawaih : sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b.      Imam Ghazali : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c.       Al Karin Zaidan : nilai-nilai atau sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa dengan menilai perbuatan baik - buruk - menilik - melakukan atau meninggalkan.

2.      Hubungan serta perbedaan Etika dan Moral dalam lingkungan masyarakat :

Moral merupakan kepahaman atau pengertian mengenai hal yang baik dan tidak baik dalam diri seseorang yang terapkan dalam lingkungan masyarakat, sedangkan etika adalah tingkah laku manusia, baik mental maupun fisik mengenai hal-hal yang sesuai dengan moral itu, sedangkan etiket adalah tingkah laku manusia pada lahiriah saja.

Perbedaan keduanya terletak pada tolok ukur penilaian perbuatan. Etika menggunakan akal, sedangkan moral menggunakan norma yang hidup dalam masyarakat namun obyeknya sama yaitu terletak pada perbuatan manusia tersebut.

3.      Manfaat Etika, Moral dan Akhlak :

a.       Dapat menemukan dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, di lain pihak sekaligus mau berpatisipasi tanpa takut-takut dan dengan tidak menutup diri dalam semua dimensi kehidupan masyarakat.
b.      Dapat membedakan apa yang hakiki dan apa saja yang boleh berubah dan dengan demikian kita tetap sanggup untuk mengambil sikap-sikap yang dapat kita pertanggung jawabkan.
c.       Dapat membantu agar kita jangan naïf atau ekstrem. Kita juga jangan cepat-cepat memeluk segala pandangan yang baru, tetapi juga jangan menolak nilai-nilai karena hanya baru dan belum biasa.
d.      Untuk mencapai suatu pendirian dalam pergolakan pandangan-pandangan moral.


4.      Peranan Etika, Moral dan Akhlak di lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja :

a.       Dengan etika, moral dan akhlak seseorang atau kelompok masyarakat dapat mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia.
b.      Menjadi alat kontrol atau menjadi rambu-rambu bagi seseorang atau kelompok dalam melakukan suatu tindakan atau aktivitasnya sebagai mahasiswa.
c.       Dapat memberikan prospek untuk mengatasi kesulitan moral yang kita hadapi dalam lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja.
d.      Dapat menjadi prinsip yang mendasar dalam menjalankan aktivitas dilingkungannya.
e.       Menjadi penuntun agar dapat bersikap sopan, santun, dan dengan etika, moral dan akhlak kita bisa di cap sebagai orang baik di dalam masyarakat.

5.      Fungsi penerapan Etika, Moral dan Akhlak dalam lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja :

a.       Menjadi pedoman bagi tingkah laku anak di luar rumah.
b.      Mewujudkan lingkungan yang aman, nyaman dan sejahtera.
c.       Memajukan karier dan masa depan yang cerah. Selain itu penerapan etika, moral dan akhlak juga akan mempengaruhi kinerja kita pada pekerjaan.
           Jadi penerapan etika, moral dan akhlak tidak bisa terlepas dari kehidupan masyarakat, rumah tangga, maupun lingkungan kerja. Karena itu dapat mempengaruhi kehidupan kita dan juga sebagai pedoman agar kita dapat berperilaku yang baik.

C.     FAKTOR-FAKTOR PERKEMBANGAN ETIKA MORAL DAN AKHLAK DI LINKUNGAN RUMAH TANGGA, MASYARAKAT, DAN TEMPAT KERJA

Manusia tidak pernah hidup sendiri sejak lahir, ia tergantung dari orang lain. Ia mengadakan interaksi dengan orang lain. Dalam interaksi tersebut terjadi saling pengaruh dan mempengaruhi. Semakin lama ia hidup semakin banyak berinteraksi dan makin banyak pula ruang lingkup interaksinya. Baik dengan lingkungan keluarga, masyarakat ataupun kelompok golongannya.

Berikut adalah faktor-faktor perkembangan etika, moral dan akhlak di lingkungan rumah tangga, masyarakat dan tempat kerja :

1.      Faktor kepribadian (dari orang itu sendiri)
Diri sendiri termasuk orang yang dibebani tanggungjawab. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keluarga atau semua anggota keluarga yang mendidik pertama kali. Faktor dari dalam diri sendiri sangat berpengaruh dalam perkembangan etika, moral dan akhlaq. Perlu kesadaran hati dalam menghayati hal baik dan buruk tingkah laku manusia oleh karena itu keprobadian yang baik diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat supaya dapat mengerti dan menentukan mana hal yang baik dan buruk.

2.      Faktor keluarga

Dalam pembinaan akhlak anak, faktor orang tua sangat menentukan, karena akan masuk ke dalam pribadi anak bersamaan dengan unsur – unsur pribadi yang didapatnya melalui pengalaman sejak kecil. Pendidikan keluarga sebagai orang tua mempunyai tanggungjawab dalam mendidik anak – anaknya karena dalam keluarga mempunyai waktu banyak untuk membimbing, mengarahkan anak – anaknya.
Kebahagiaan orang tua atas hadirnya seorang anak yang dikaruniakan kepadanya, akan semakin terasa karena tumbuhnya harapan bahwa garis keturunannya akan berlangsung terus. Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari para orang tua muslim ialah tentang kesalehan anak – anak mereka.
Ada beberapa hal yang perlu direalisasikan oleh orang tua yakni aspek pendidikan akhlak karimah. Pendidikan akhlak sangat penting dalam keluarga, karena dengan jalan membiasakan dan melatih pada hal – hal yang baik, menghormati kepada orang tua, bertingkah laku sopan yang baik dalam berperilaku keseharian maupun dalam bertutur kata.
Pendidikan akhlak tidak hanya secara teoritik namun disertai contohnya untuk dihayati maknanya, seperti kesusahan ibu yang mengandungnya, kemudian dihayati apa yang ada dibalik yang nampak tersebut, kemudian direfleksikan dalam kehidupan kejiwaannya.
Menerima pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung, disamping itu keluarga merupakan unit kehidupan bersama manusia terkecil dan alamiah, artinya secara alamiah dialami setiap kehidupan manusia, karenanya keluarga merupakan jembatan meniti bagi generasi, oleh karena itu orang tua berperan penting sebagai pendidik, yakni memikul pertanggungjawabn terhadap pendidikan anak. Karena pendidikan itulah yang akan membentuk manusia di masa depan.
Tepat sekali apa yang dikatakan oleh kingsley Price : Man is the only creature that must be educated by education. We mean care, discipline (training) and instruction, including culture. Man can become man through education only. He is only what education makes him.
Keluarga merupakan wadah pertama dan utama, peletak dasar perkembangan anak. Dari keluarga pertama kali anak mengenal agama dari kedua orang tua, bahkan pendidikan anak sesungguhnya telah dimulai sejak persiapan pembentukan keluarga. Setelah mendapatkan pendidikan akhlak dalam keluarga secara tidak langsung nantinya akan berkembang di lingkungan masyarakat. Oleh karena itu maka kebiasaan – kebiasaan dalam keluarga harus dalam pengawasan, karena akan sangat berpengaruh pada diri anak, kebiasaan yang buruk dari keluarga terutama dari kedua orang tua akan cepat ditiru oleh anak – anaknya, menjadi kebiasaan anak yang buruk
 Dengan demikian juga kebiasaan yang baik akan menjadi kebiasaan anak yang baik. Peran orang tua dan anggota keluarga sangat penting bagi pendidikan akhlak dan selektivitas bergaul.

3.      Faktor Lingkungan (Masyarakat)

Lembaga non formal akan membawa seseorang berperilaku yang lebih baik karena di dalamnya akan memberikan pengarahan – pengarahan terhadap norma – norma yang baik dan buruk. Misalnya pengajian, ceramah yang barang tentu akan memberikan pengarahan yang baik, tak ada seorang mubaligh yang mengajak hadirin untuk melakukan perbuatan yang tidak baik.      Dengan demikian pendidikan yang bersifat non formal yang terfokus pada agama ternyata akan mempengaruhi pembentukan akhlak pada diri seseorang. Maka tepat sekali dikatakan bahwa nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai dan kebiasaan masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai – nilai Islam apalagi yang membawa maslahat dapat dimanfaatkan sebagai bahan dalam menentukan kebijaksanaan. Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusi nilai yang terbaik adalah melalui upaya interaksi edukatif, pandangan Freeman Butt dalam bukunya Cultural History of Western Education, menyatakan bahwa hakekat interaksi edukatif adalah proses tranformasi dan internalisasi nilai, proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai, serta penyesuaian terhadap nilai. Akhlak yang baik dapat pula diperoleh dengan memperhatikan orang – orang baik dan bergaul dengan mereka, secara alamiah manusia itu meniru, tabiat seseorang tanpa dasar bisa mendapat kebaikan dan keburukan dari tabiat orang lain.13 Interaksi edukatif antara individu dengan individu lainnya yang berdasarkan nilai-nilai Islami agar dalam masyarakat itu tercipta masyarakat yang berakhlakul karimah. Lingkungan masyarakat yakni lingkungan yang selalu mengadakan hubungan dengan cara bersama orang lain.
Oleh karena itu lingkungan masyarakat juga dapat membentuk akhlak seseorang, di dalamnya orang akan menatap beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan baik dalam hal – hal yang positif maupun negative dalam membentuk akhlak pada diri seseorang.
Oleh karena itu lingkungan yang berdampak negative tersebut harus diatur, supaya interaksi edukatif dapat berlangsung dengan sebaik – baiknya. Bentuk – bentuk organisasi lain di dalam masyarakat merupakan persekutuan hidup yang memanifestasikan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari – hari.
Dari penjelasan di atas di jelaskan bahwa manusia hidup membutuhkan orang lain. Maksudnya bahwa tak seorangpun manusia yang bisa hidup sendiri. Jika dikaitkan lingkungan sekolah, hal ini sama bahwa mereka dalam hidup saling membutuhkan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
Misalkan ketika ia melihat temannya yang rajin melakukan kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah maka secara tidak langsung dia akan terpengaruh juga dengan kegiatan temannya. Jadi lingkungan sangat memberikan pengaruh yang besar bagi pertumbuhan pola pikir dan akhlak.
Ada tiga macam pengaruh lingkungan pendidikan terhadap keberagamaan seseorang :
1)      Lingkungan yang acuh tak acuh terhadap agama. Lingkungan semacam ini ada kalanya berkeberatan terhadap pendidikan agama, dan ada kalanya pula agar sedikit tahu tentang hal itu.
2)      Lingkungan yang berpegang pada tradisi agama, tetapi tanpa keinsafan batin ; biasanya lingkungan demikian menghasilkan seseorang beragama yang secara tradisional tanpa kritik atau beragama secara kebetulan.
3)      Lingkungan yang memiliki tradisi agama dengan sadar dan hidup dalam kehidupan yang beragama. Lingkungan ini memberikan motivasi atau dorongan yang kuat kepada seseorang untuk memeluk dan mengikuti pendidikan agama yang ada, apabila lingkungan ini ditunjang oleh anggota – anggota masyarakat yang baik dan kesepakatan memadai, maka kemungkinan besar hasilnya pun paling baik untuk mewujudkan akhlak pada diri orang yang ada disekitarnya.
Masyarakat di sini juga ikut mempengaruhi akhlak atau perilaku seseorang yang ada disekitarnya yang dalam kehidupan sehari – harinya ia tak mungkin lepas dari pengaruh lingkungan dimana ia tinggal.
Lingkungan pergaulan merupakan alat pendidikan, meskipun keadaan maupun peristiwa apapun yang terjadi tidak bisa dirancang, sehingga keadaan tersebut mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian seorang baik berdampak baik maupun akan berdampak jelek. Lingkungan pergaulan yang baik akan mendukung pula perkembangan pribadi seseorang yang disekitarnya. Namun pergaulan yang jelekpun sangat mendukung kepribadian yang buruk, bahkan bisa merusak akidah – akidah yang telah tertanam pada diri sejak kecil, jika ia tidak pandai mengawasi dan menyaring (memfilter) dari segala pergaulan yang terjadi di masyarakat. Dalam kegiatan masyarakat cenderung bersifat pengajaran orang dewasa, di lingkungan agama Islam bentuk jalur ini yang kegiatannya diprogramkan dalam instansi – instansi sekolah. Dasar – dasar pengembangan intelektual.
Jadi disini kita atau orang dewasa harus berhati – hati terhadap berbagai macam faktor yang bisa mempengaruhi akhlak yang tidak baik. Apabila nilai – nilai agama banyak masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku oang tersebut akan banyak diarahkan dan dikendalikan oleh nilai – nilai agama.
Oleh karena itu sebagai orang dewasa hendaknya melakukan pengawasan yang ketat dalam hal berkaitan dengan perilaku dalam lingkungan masyarakat, karena sekarang banyak remaja sudah sangat sulit untuk membiarkan dalam hal bergaul bebas tanpa disertai dengan pengawasan orang tua akan mengakibatkan celaka di kemudian hari yang tak bisa ditebus dengan apapun.

4.      Faktor visual dan audio visual

Tidak hanya pengaruh lingkungan tapi masih banyak lagi misalnya TV, majalah dan tayangan – tayangan lain yang bisa memberikan banyak pengaruh pada kepribadian anak dan tingkah laku anak. Misalkan kita melihat tayangan – tayangan barat atau film – film porno maka kalau anak – anak didik kita tidak dibekali dengan ilmu agama maka ia akan terjerumus ke dalamnya.
Belum lagi sekarang marak dengan majalah – majalah yang menyajikan tentang beragama busana yang jorok yang sangat tidak pantas dipakai oleh budaya kita, tetapi anak seusia MTs itu adalah masa dimana keinginan untuk mencoba sangat tinggi. Oleh karena itu kita harus berhati – hati memberikan pengarahan kepada anak – anak kita agar mereka selalu memegang ajaran agama.
Disinilah pentingnya peranan penanaman akhlak yang telah ditanamkan oleh kedua orang tuanya, yang berguna sebagai filter perkembangan yang telah terjadi pada zaman yang penuh globalisasi ini. Disinilah peranan pengamalan ibadah yang dilaksanakan oleh orang dewasa sebagai contoh terhadap orang – orang yang ada di sekitar mereka, agar di lingkungan tersebut dalam pergaulannya mencerminkan akhlakul karimah.


BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

Etika, moral dan akhlak di lingkungan keluarga, masyarakat dan tempat kerja sangat penting bagi kehidupan antar sesama manusia karena dengan etika moral, manusia dapat menentukan mana yang disebut baik dan mana yang buruk serta agar menjadi pedoman bagi manusia.

B.     REKOMENDASI / SARAN-SARAN

1.      Kita jangan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak benar.
2.      Kita harus bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.
3.      Moral yang baik hendaknya dapat di terapkan dalam kehidupan di lingkungan keluarga, masyarakat dan tempat kerja.



DAFTAR PUSTAKA

Held, Virginia. 1991. Etika Moral. Jakarta : Erlangga.
Lubis, Suhrawardi K. , S.H. 1994. Etika Profesi Hukum. Jakarta : Sinar Gafika.
Fathullah. 2007. Komunikasi Etika & Hubungan Antar Manusia. Semarang : CV, Duta Nusindo.
Sobur, Alex. 2001. Etika Pers Profesionalisme dengan Nurani. Bandung : Humaniora Utama Pers.
May, Larry; dkk. 2001. Etika Terapan 1. Yogyakarta : PT Tiara Wacana.
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/etika-moral-dan-akhlak




No comments:

Post a Comment